Minggu, 28 Desember 2014

MENATAP HUJAN



Seharusnya aku bisa melihat matahari yang mulai menggelincir ke barat, sayang hujan tiba-tiba turun dari rintik menjadi deras. Dari kecil-kecil lalu menjadi banyak, tumpah. Matahari mengalah, bersembunyi di balik awan yang mendung. Tinggal hujan yang turun, terjun bebas dari ketinggian beratus ribu kilometer atau mungkin lebih?

Awalnya hujan jatuh sedikit-sedikit, lalu semakin banyak dan deras. Aku berdiri di tepi jendela kantorku, menatap hujan. Menikmati tiap tetesnya yang jatuh. Tetes? Apa masih disebut tetes ya saat hujan tiba-tiba jadi deras, seperti air yang keluar dari selang. Terserahlah, yang jelas aku sedang menikmati menatap hujan.

Dari mana ya dia terjun? Apa dia tidak merasa sakit? Jatuh dari tempat yang begitu tinggi, dengan cepat dan terhempas hingga menyentuh tanah? Apa dia tidak sakit? Sekali lagi aku bertanya dalam hati. Masih menatap hujan, yang sudah benar-benar sangat deras.

Apa jatuhnya hujan sama seperti para penerjun payung atau paralayang? Atau rasanya sama seperti saat aku melakukan rappeling? Entahlah, sepertinya aku terlalu sibuk bertanya hal-hal yang tidak penting. Tersadar, jam dinding sudah menunjukkan pukul lima sore kurang sepuluh menit. Ah, kenapa sih hujan tiba-tiba deras di jam pulang kantor.

Aku menuju mejaku, kembali sibuk dengan komputer. Sementara hujan masih dengan riang jatuh dan (tidak) merasa sakit.

BSD, 22 Desember 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar