Jumat, 20 April 2012

Ketika Kartini Tidak Lagi Berkebaya


Ketika Kartini Tidak Lagi Berkebaya

Hari Kartini yang diperingati setiap tanggal 21 April, cenderung diidentikan dengan kebaya dan sanggul. Tapi apa hal tersebut masih relevan dengan zaman yang kian berkembang? Di saat para wanita lebih nyaman mengenakan kaos dipadukan celana jeans.
Hari kartini diperingati untuk mengenang jasa RA Kartini yang pada masanya telah memperjuangkan hak-hak perempuan terutama dalam bidang pendidikan, dimana pada saat itu paradigm masyarakat adalah bahwa perempuan hanya diperbolehkan memiliki pendidikan hingga Sekolah Dasar saja, saat itu Kartini dengan perjuangannya berusaha mengubah paradigma sosial itu.
Hari ini, tepat 21 April dimana masyarakat banyak menyerukan peringatan Hari Kartini, tentunya Kartini-Kartini zaman sekarang berbeda dengan Kartini sang pelopor. Di saat dulu seorang Kartini mendirikan sekolah menjahit dan memasak untuk para perempuan, sebagian Kartini masa kini mulai memperluas pandangan mereka dalam berbagai hal seperti misalnya menjadi wanita karir, menjadi pemimpin dalam suatu organisasi, dan menggantikan sebagian peran laki-laki.
Ketika sebagian perempuan menyerukan EMANSIPASI sebagai keidentikan Hari Kartini, apakah kita sebagai perempuan sudah sadar betul arti dari kata tersebut? Emansipasi ialah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sejumlah usaha untuk mendapatkan hak politik maupun persamaan derajat. Kesalahpahaman dalam mengartikan emansipasi ialah bahwa emansipasi berarti perempuan sama kuatnya dengan laki-laki sehingga tidak ingin dibedakan dalam hal apapun. Tapi pernahkah kita sebagai perempuan berpikir, apakah kita mau jika disuruh menggantikan pekerjaan sebagai tukan tambal ban, tukan cuci motor, atau pengeruk pasir?
Terlepas dari keidentikan Hari Kartini dan Emansipasi, pada dasarnya perempuan dan laki-laki berbeda dalam kodrat. Emansipasi mungkin lebih tepat jika kita artikan sebagai usaha memperoleh hak-hak perempuan sesuai dengan kodratnya. Saat perempuan masa kini lebih banyak mengejar karirnya, tidak seharusnya mereka melupakan bahwa seorang perempuan juga harus terampil dalam urusan “kewanitaan”.
Ketika Kartini tidak lagi berkebaya, dalam bentuk fisik apapun seorang Kartini sejati mampu melakoni perannya sekaligus, seorang perempuan pribadi, seorang istri, dan seorang ibu.

Sartika Noriza,
Yogyakarta, 21 April 2012

Selasa, 17 April 2012

SAJAK SIANG (2)




Sajak-sajak siangku,

tak pernah lebih indah dari senja,

tak sepi dibanding malam.

Sajak-sajak siangku,

tak sepilu jiwa,

tak terasa semarah sepi.

Sajak-sajak siangku,

diam,

teronggok dalam tong sampah indah,

tak tersampaikan.

Sajak-sajak siangku,

terasa begitu aneh.

Ketika aku terbiasa

bercumbu dengan malam,

diraba oleh dingin.

Sajak-sajak siangku,

ku tulis ketika siang dengan bengas

mencumbui tanah.

Aku tuliskan sajak siang,

tersimpan pada catatan facebook,

sesekali muncul di beranda.


Yogyakarta, 15 April 2012.

Sartika Noriza, Jalan Kaliurang KM 7

Sabtu, 07 April 2012

Masih Mencari Aku


Aku masih terus mencari, entah kapan akan ku temukan. Bantu aku untuk tidak berhenti, meski harus menyusup dalam celah sekecil apapun, untuk Mencari Aku,


Satu cangkir dan disitulah kehidupan.

Memoir itu masih saja menjadi bayang selama empat belas tahun, mengikuti dan enggan beranjak sebelum aku berdamai dengannya. Seperti rindu yang enggan beranjak meski sebatang rokok telah dihisap habis dan meninggalkan candu. Selama itulah aku seperti mencandu, mencari, di tiap-tiap sudut, celah, dan lubang yang tertanam dalam hidupku. Tidak ku temukan dalam lemari baju atau bingkai foto, tidak ku temukan dalam kamar atau teras rumah. Aku tidak disana. Aku lari dan terlalu takut kembali, takut tak menemukan yang ku cari.

Di sisi lain belahan bumi, sejenak saja, aku ingin berharap bahwa disini akan ku temukan, setidaknya sebagian saja dari Aku, dalam satu cangkir kehidupan.

Hidup itu soal memilih, memutuskan dengan tepat, dan menerima. Mungkin semua hal itu bisa dilalui, tapi tidak dengan melupakan, salah satu hal sulit dalam hidup.

Yogyakarta, 7 April 2012