Rabu, 25 Maret 2015

THE POWER OF SMILE


Siang ini di tengah angka-angka yang berlari di pikiran, saya menyempatkan menjenguk akun blog saya dan menemukan sesuatu. Ketika saya membuka beranda saya, maka mata saya menangkap sebuah postingan dari blog Moammar Emka berjudul "Sarapan apa pagi ini?". Yang membuat saya tersenyum dan bersemangat adalah gambar dalam postingan itu. Hingga akhirnya saya memutuskan menulis tulisan ini dalam blog saya.

"Sedetik, bayangkanlah sarapan pagimu adalah sebaris senyuman yang bikin orang lain nyaman. Sedetik kemudian, jadikanlah kenyataan." @moammaremka~

Pernah dengar mitos hari Senin? Hari Senin kadang terasa berat bagi sebagian pegawai/karyawan setelah dimanjakan weekend yang sungguh berarti. Hari Senin berarti bersiap untuk memulai kembali segala rutinitas yang merupakan tanggung jawab dan kewajiban. Hari Senin berarti (baru) hitungan pertama dari hitungan kelima sebelum weekend kembali datang. Belum lagi harus memikirkan hari Selasa, Rabu, Kamis dan Jumat. Pernah merasakan seperti itu? Jujur saja, kadang iya. Bagaimanapun saya atau (mungkin) sebagian dari kalian pernah merasakan pada titik terjenuh dalam rutinitas, manusiawi kan?

Sarapan apa pagi ini? Sarapan senyum . Setiap saya tiba di parkiran kantor dan berpapasan dengan yang lain maka saya selalu mengusahakan tersenyum dambil mengucapkan selamat pagi. Entah tersugesti atau apa, rupanya efek hal sederhana itu mampu menambah energi positif dalam menjalani rutinitas saya. Menyenangkan saat saya mampu tersenyum kepada orang lain, terlebih jika mereka membalas tersenyum kepada saya. Rasanya energi positif saya bertambah berkali lipat.

Saya bukan motivator ataupun sejenisnya. Saya hanya menulis pandangan pribadi saya. Saat saya menulis tulisan ini, ruangan saya sedang senyap. Hampir seluruh penghuninya tenggelam dalam rutinitas pekerjaan masing-masing. Hampir tidak ada yang memperhatikan saya sedang menulis blog (kecuali orang IT yang bisa jadi kebetulan sedang memantau akses wifi saya, hehehehe). Sudah ah, begitu saja tulisan saya. Jangan lupa tersenyum ya :)

Menulis iseng dalam lima menit
SN, 25 Maret 2015

Selasa, 24 Maret 2015

L U P A

"Semakin sering kau berusaha melupakan, semakin kuat ingatan itu dalam benakmu."
Senja memandangi kartu berisikan tulisan itu, dari siapa? kalian pasti bertanya-tanya dari siapa. Sudahlah, lupakan. Saatnya nanti kalian akan tahu. Senja meghela nafas panjang, seandainya semudah itu tentu ia tak akan pusing. Bagaimana tidak, setiap hari selalu ada hal yang mengingatkannya. Bahkan, satu nama itu kerap muncul dalam dokumen pekerjaannya. Meski tidak secara langsung, satu nama itu mampu membuat pikirannya kosong seketika selama lima detik untuk kemudian kembali mengurai kenangan-kenangan itu. Ya, satu nama yang hampir selalu muncul di saat Senja mati-matian melupakan, sayangnya belakangan ini pun selalu muncul bahkan saat Senja justru tidak berusaha melupakan.

Senja menghela nafas panjang, sekali lagi. Sungguh, ia bahkan sudah sangat menyibukkan dirinya agar tak menyisakan satu detik pun mengingat itu. Dua belas jam lebih dihabiskannya di luar rumah. Lari? kadang itu yang dirasakan Senja. Tapi ia tak benar-benar lari, nyatanya ia tak pernah kemana-mana. Jadi apa yang sebenarnya dilakukannya?

Telepon genggamnya berbunyi, satu dari kesekian banyak pemberitahuan menampilkan nama itu (lagi-lagi). Meski tak secara langsung, hal itu cukup membuat Senja kembali menghela nafas panjang. Sudahlah, ia tak akan pernah bisa lari. Ia akan belajar berdamai dengan dirinya sendiri. Senja mengambil pena dan menulis di kartu itu, "Sejatinya, biarkan ia mengalir seperti air. Suatu saat akan bermuara pada tempat yang tepat."

pic: google

"Semakin sering kau berusaha melupakan, semakin kuat ingatan itu dalam benakmu. Sejatinya, biarkan ia mengalir seperti air. Suatu saat akan bermuara pada tempat yang tepat."

SN-March 24, 2015

Senin, 09 Maret 2015

Women's Day



International Women's Day is celebrated on March 8 every year.

The day makes me remember my discussion on english class with my friends about "If women have control". Our discussion about how about if women have control in the world, it will be better/worst? The issue about "feminism" or "emancipation".

I think it is not about women want to be better than men, not about that women can make world better if they have a higher position than men, not really about women can be work better than men. Although it is very possible for women to do it, but women are women, simple, we just want to have the equality in the right in laws and politics, education, and the chance to be better.

I think, women are women. However high our position, however strong our control, we should be in our nature: women, wife, and mother.



This is my personal opinion, doesn't mean all is right.
picture: google

BSD-South Tangerang.
March 9, 2015.
Sartika Noriza