Why is there risk? Because the life’s full of uncertainty….
Kehidupan
selalu mengandung resiko, karena kehidupan memiliki sesuatu yang sangat
filosofis yaitu ketidakpastian. Ketidakpastian ini menimbulkan
kemungkinan-kemungkinan atau probability
atas kejadian-kejadian yang mungkin terjadi atau tidak terjadi. Kemungkinan negatif
yang akan terjadi bisa kita sebut dengan resiko, kita tidak bisa terlepas dari
resiko, karena itu bagaimana kita dapat mengelola resiko tersebut atau kita
sebut dengan Risk Management.
Kehidupan
juga penuh dengan berbagai pilihan, mengambil keputusan harus mempertimbangkan
resiko dan pengembalian.
Low risk, low return. High risk, high return.
Ketika
hidup memberi saya pilihan-pilihan, saya belajar bagaimana mengambil keputusan
untuk diri saya sendiri, menerima resiko yang mungkin akan terjadi akibat
pilihan itu, dan belajar melepaskan hal lain yang tidak saya pilih. Pada kenyataannya,
tidak semua pilihan yang saya ambil mencapai suatu reward “tepat”, kadang kala
saya justru terjebak pada pilihan itu sendiri, saya menghabiskan waktu saya
untuk pilihan yang baru saya sadari “kurang tepat”, tidak semua menjadi junk cost, sebagian memberi saya
pelajaran dalam kehidupan.
Saya
tidak dikatakan gagal untuk apa yang saya ingin capai, lima tahun silam saya
berhasil lulus untuk masuk fakultas sastra sebuah universitas negeri, meski ternyata
kemudian saya memutuskan memilih fakultas ekonomi. Saya gagal menjadi seorang
mahasiswi fakultas sastra, tetapi saya mampu mengambil kesempatan dan menjadi
seorang sarjana ekonomi.
Dua
tahun yang lalu, ketika saya memutuskan berlabuh pada sebuah pelabuhan di
Yogyakarta, banyak hal terjadi dan saya harus menanggung semua resiko yang
terjadi, meski pada akhirnya saya merasa bersandar pada pelabuhan yang salah. Pernah
suatu ketika, saya merasa sangat takut untuk kembali bersandar bukan karena
saya tidak memiliki hati, hanya karena rasa takut jatuh terlalu dalam dan
mengulangi kembali kesalahan memilih. Banyak waktu yang saya sia-sia kan untuk memberi
kesempatan pada diri saya untuk berlabuh pada pelabuhan-pelabuhan lain, hingga
akhirnya berhenti pada pelabuhan terakhir. Banyak tenaga yang saya kuras untuk
mencintai hal-hal, hingga lupa untuk belajar bagaimana mencintai diri saya
sendiri.
Karena kesempurnaan, terjadi setelah kegagalan.
Ketidakpastian,
membuat saya harus memberi control dan resiko yang masih bisa saya terima. Semua
dilihat dari sudut pandang saya, karena saya menjalani kehidupan saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar