Selasa, 13 Oktober 2015

BERBEDA, BUKAN BERARTI KITA BERHENTI NGOPI BARENG

  
Siang ini saya berdebat tentang kopi dengan seorang teman. Seperti biasa, ngopi adalah ritual wajib bagi saya dan beberapa rekan kerja di kantor. Siang tadi teman saya datang ke ruangan saya, mengajak untuk menyeduh kopi. Saya yang sedang tanggung dengan pekerjaan menyuruhnya minum kopi yang sudah saya seduh sebelumnya.
 
"It's not good." katanya setelah meneguk kopi saya.
"Itu enak banget tau, kopi susu tanpa gula." saya menjawab.
"Lu harus biasain kasih gula ke kopi lu biarpun sedikit." teman saya itu kekeuh bahwa kopi yang enak adalah kopi dengan gula.

Kemudian bla bla bla blaaaaaa, kami mulai ngoceh tentang kopi; kopi dengan gula, kopi tanpa gula, kopi dengan susu tanpa gula, juga kopi dengan susu dan gula. Saya dengan pendapat bahwa kopi itu nikmat dengan rasa pahitnya, mulai berceloteh tentang quotes-quotes tentang kopi entah itu berasal dari novel Andrea Hirata, Dee, ataupun kata-kata yang saya karang sendiri. Begitu juga teman saya yang mulai meracau tentang kopi yang terlalu pahit bisa membuat saya lupa akan manis, termasuk cinta. Mulai ngaco kan?

Well, akhir-akhir ini saya memang menerapkan no sugar pada kopi saya. Minum kopi tanpa gula? jelas pahit. Sesekali saya hanya mencampurnya dengan sedikit susu kental manis. Ini hanya soal selera menurut saya, saya tidak begitu menyukai kopi dengan rasa manis berlebih. Saya lebih suka kopi yang dominan dengan rasa pahitnya, tertinggal di lidah.

Perdebatan terhenti ketika saya rasa bisa menunda pekerjaan saya sejenak. Mata saya beralih dari layar komputer, beranjak mengangkat gelas saya yang hampir kosong.
"Ayo bikin kopi."

Perbedaan selera bukan berarti kita berhenti ngopi bareng kan? Nikmati kopi antara kita, karena disitulah letak nikmat sebenarnya. Kopi lebih dari sekedar bubuk hitam, kopi menghadirkan banyak kisah dan perbincangan.

Untuk kalian yang ngopi bareng saya :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar