Kamis, 10 September 2015

KOPI DAN TEH



"Kopi itu seperti dia, selalu bikin rindu. Tapi sulit bagi saya untuk kembali padanya." Ujarnya sambil menyeduh teh. Saya seketika menoleh, mengerutkan kening menuntut penjelasannya lebih lanjut. Sahabat saya tetap asik menyeduh teh, yang sudah menggantikan kopinya selama satu bulan ini. 

"Aromanya kuat, saya rindu. Sebesar rindu saya pada dia." lanjutnya, melirik cangkir saya yang berisi kopi. Sedikit tergoda namun tetap bertahan untuk tidak meminum kopi, meski saya tahu keinginannya sangat besar.

"Bagaimana perasaanmu setelah kamu mengganti kopi dengan teh?" pertanyaan itu terlontar begitu saja dari bibir saya, mengingat sosoknya adalah seorang penikmat kopi. Setidaknya sampai satu bulan yang lalu. Sebelum akhirnya sesuatu membuatnya memutuskan beralih pada teh.

"Entahlah, mungkin saya hanya perlu terbiasa, seperti saya harus tidak bersamanya meski perasaan saya tetap sama. Tapi saya merindukannya, kopi dan dia." Jawabnya sambil meminum tehnya perlahan. Menghirup aromanya kemudian menghela, saya tahu ada yang tak pernah lepas dari setiap helaannya. Sesuatu yang membuat hatinya begitu lelah.

"Sudahlah. Sampai kapan kamu tidak berhenti mengingatnya. Tinggalkan ia di belakang, kamu berhak atas kebahagiaanmu sendiri. Ayolah." Akhirnya saya berucap setelah paham bahwa pembicaraan ini bukan sekedar tentang kopi atau teh, tapi juga tentang masa lalunya yang belum mampu dia lepaskan.

"Tidakkah kamu berpikir bahwa kita sama? Kita sama lelahnya, kita sama tak pernah paham tentang perkara hati dan perasaan. Hanya saja sekarang saya memilih teh meski saya juga mencintai kopi, karena suatu alasan dan saya yakin kamu tahu itu." Panjang dia memburu saya dengan pertanyaan dan pernyataannya. Setengah menuntut saya untuk bercerita.

"Bicaramu aneh. Minum saja tehmu." Kata saya kemudian meninggalkannya bersama cangkir tehnya.

September 2015
Untuk sahabat saya yang sedang belajar terbiasa dengan teh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar