Kamis, 23 April 2015

Pagi Ini, Sederhana

Pagi ini tidak ada yang istimewa, jika ada yang berbeda itu bukan hal yang sangat luar biasa. Pagi ini terbangun dari tidur dengan mimpi yang campur aduk, saya melakukan rutinitas biasa yaitu memasak. Satu hal lain yang juga dilakukan adalah saya kembali lari untuk pertama kalinya, setelah libur sejak cuti awal bulan ini. Ya, kadang hal tersulit dalam melakukan sesuatu adalah memulai melakukannya. Lalu apa hal termudah adalah berhenti ya? Bagi saya, itu bisa jadi iya, bisa jadi tidak.

Pagi ini sederhana saja, berbahagia. Bahagia karena memasak dan mengusahakan ayah saya terpenuhi kebutuhan makan siangnya di kantor, bahagia karena berlari-lari kecil di tengah pagi buta. Sesudahnya, tidak ada hal yang begitu luar biasa pula pagi ini, saya masih mandi pagi, mengenakan make up seadanya (yang biasanya cuma bertahan hingga jam makan siang), minum satu gelas air mineral, tak lupa menyapa si kucing yang sedang ngantuk-ngantuknya di ruang tamu, kemudian berangkat kerja.


Pagi ini tetap sederhana, menyapa dan mengucap selamat pagi pada setiap staff di kantor yang berpapasan. Tidak ada yang berbeda, meja saya masih penuh dengan kertas, minum segelas air mineral lagi, kemudian menyeduh kopi pagi. Ngomong-ngomong soal kopi, kata Andre Hirata di bukunya "Cinta di Dalam Gelas", semakin pahit kopi yang diminum semakin berliku jalan kehidupan seseorang. Benarkah?

Jika ada yang tidak sederhana, mungkin itu perasaan saya hari ini. Perasaan saya yang begitu sederhana, yang bahagia dengan hal sederhana. Benar rupanya, bahagia itu sederhana. Sesederhana cangkir saya yang sudah kembali terisi kopi siang ini, yang setia menemani saya bekerja dan sekedar menulis di blog.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar