Selasa, 24 Maret 2015

L U P A

"Semakin sering kau berusaha melupakan, semakin kuat ingatan itu dalam benakmu."
Senja memandangi kartu berisikan tulisan itu, dari siapa? kalian pasti bertanya-tanya dari siapa. Sudahlah, lupakan. Saatnya nanti kalian akan tahu. Senja meghela nafas panjang, seandainya semudah itu tentu ia tak akan pusing. Bagaimana tidak, setiap hari selalu ada hal yang mengingatkannya. Bahkan, satu nama itu kerap muncul dalam dokumen pekerjaannya. Meski tidak secara langsung, satu nama itu mampu membuat pikirannya kosong seketika selama lima detik untuk kemudian kembali mengurai kenangan-kenangan itu. Ya, satu nama yang hampir selalu muncul di saat Senja mati-matian melupakan, sayangnya belakangan ini pun selalu muncul bahkan saat Senja justru tidak berusaha melupakan.

Senja menghela nafas panjang, sekali lagi. Sungguh, ia bahkan sudah sangat menyibukkan dirinya agar tak menyisakan satu detik pun mengingat itu. Dua belas jam lebih dihabiskannya di luar rumah. Lari? kadang itu yang dirasakan Senja. Tapi ia tak benar-benar lari, nyatanya ia tak pernah kemana-mana. Jadi apa yang sebenarnya dilakukannya?

Telepon genggamnya berbunyi, satu dari kesekian banyak pemberitahuan menampilkan nama itu (lagi-lagi). Meski tak secara langsung, hal itu cukup membuat Senja kembali menghela nafas panjang. Sudahlah, ia tak akan pernah bisa lari. Ia akan belajar berdamai dengan dirinya sendiri. Senja mengambil pena dan menulis di kartu itu, "Sejatinya, biarkan ia mengalir seperti air. Suatu saat akan bermuara pada tempat yang tepat."

pic: google

"Semakin sering kau berusaha melupakan, semakin kuat ingatan itu dalam benakmu. Sejatinya, biarkan ia mengalir seperti air. Suatu saat akan bermuara pada tempat yang tepat."

SN-March 24, 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar