Selalu banyak cerita yang dituliskan tentang bagaimana mencapai puncak gunung, tapi juga selalu ada kelayakan untuk menceritakan tentang bagaimana "gagal" mencapai puncak. Sebenarnya ini bukan kali pertama saya tidak berhasil muncak, sebelumnya hal itu pernah saya alami juga dan mungkin akan saya ceritakan di tulisan berikutnya. Kali ini saya akan menuliskan cerita tentang mencapai puncak Gunung Gede yang tertunda dan hanya sampai Surya Kencana.
Rencana pendakian berawal dari ajakan Edika yang disambut antusias oleh Lia yang baru akan pertama kali mencoba mendaki gunung. Karena status kami bertiga yang notabene adalah kuli kantoran, maka setelah banyak pertimbangan kami memutuskan untuk ke Gunung Gede via putri. Personil awal yang berjumlah tujuh orang berkurang dua yang mendadak batal karena sakit dan ada keperluan mendesak. Tapi mendekati keberangkatan, personil justru bertambah enam orang karena bergabung dengan teman dari Depok dan Bogor, sehingga total berjumlah sebelas orang. Setelah mengurus simaksi yang cukup "ribet" dan bawel ke semua anggota tim soal peralatan dan perbekalan, akhirnya Jumat malam tanggal 15 April 2016 kami berangkat dari Serpong ke Gunung Putri. Perkiraan saya yang meleset tentang jadwal rutin "bulanan" sempat menggoyahkan tekad saya untuk tetap berangkat, maklum hari pertama dan kedua di siklus tersebut kadang bisa menjadikan mood kurang stabil, beruntunglah para lelaki yang tidak mengalami hal itu. Namun karena keinginan dan terlanjur janji kepada Lia untuk mengajak dia naik gunung, kembali membulatkan tekad saya untuk tetap berangkat. Tim berangkat dari Serpong berjumlah lima orang yaitu Edika, Lia, Mahmud, Evi dan saya. Berangkat dari Serpong pukul 22.00 kami tiba di simpang Cipanas sekitar pukul 02.00 dini hari karena sebelumnya mampir di Cibubur untuk bergabung dengan dua orang teman dari Bogor yaitu Lukman dan Samsul. Di Cipanas sudah menunggu Vina dan timnya yaitu Riki, Dede, dan Kris. Kemudian dari sana kami naik angkot menuju basecamp Gunung Putri untuk beristirahat sebentar dan melapor ke pos GPO sebelum melakukan pendakian.
|
Setelah Melapor di GPO dan Bersiap Memulai Pendakian |
Sabtu, 16 April 2016
Sekitar pukul 07.00 kami sudah berada di pos GPO dan mulai mendaki sekitar pukul setengah delapan. Pendakian dilakukan dengan santai, satu jam perjalanan seorang teman mengalami muntah-muntah mungkin karena kaget karena jarak waktu makan dengan mulai pendakian terlalu sebentar. Karena hal tersebut akhirnya tim dibagi dua. Tim pertama adalah Edika, Lia, Mahmud, Evi, Samsul, Lukman dan saya. Sedangkan tim kedua terdiri dari Vina, Riki, Dede, dan Kris. Kami sepakat untuk bertemu di Surya Kencana (Surken) dan mendirikan tenda di dekat jalur menuju puncak Gede. Dalam perjalanan selanjutnya tim pertama yang berjalan lebih dulu pun terpecah lagi menjadi tiga. Samsul yang paling depan rupanya sudah tiba di Surken sejak pukul 13.00. Sementara kami di belakangnya yang sempat beristirahat untuk makan mie instant, terjebak hujan yang menderas. Karena hujan yang sepertinya belum menandakan akan segera reda, akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dan mengenakan jas hujan. Mahmud, Lia, dan saya tiba selanjutnya di Surken sekitar pukul 15.00. Kami memutuskan untuk menunggu Edika dan Evi yang tiba setengah jam kemudian. Sekitar pukul 16.00 kami menyusuri padang edelweis untuk menuju lokasi camp. Sesuai koordinasi awal kami memilih lokasi dekat dengan jalur menuju puncak dan agak masuk di balik rerimbunan pohon untuk menghindari angin yang terlalu kencang. Kami kemudian berbagi tugas mendirikan tenda, memasak dan menata perbekalan. Sekitar pukul 18.30 kami sudah selesai makan dan duduk-duduk santai di dalam tenda saat salah seorang dari kami mendengar ada yang meneriakkan nama saya berkali-kali. Kami awalnya mengira mungkin ada yang bernama sama karena saat itu Surken memang sangat ramai dengan pendaki. Namun setelah teriakan itu terus terdengar ditambah si peneriak menyebutkan nama panggilan saya dan asal daerah kami, akhirnya saya segera keluar tenda dan menuju padang edelweis untuk menyahut teriakan itu. Rupanya benar teriakan itu berasal dari Vina dan tiga teman lainnya yang baru saja tiba di Surken. Kemudian Riki, Dede, dan Kris segera mendirikan tenda sementara Edika, Vina, dan saya menyiapkan makan malam untuk mereka.
|
Lia Nurmalia, sesaat setelah sampai di Surken. Pendakian perdananya yang disambut hujan. |
Waktu menunjukkan pukul 20.00 saat semua orang mulai masuk ke tenda masing-masing, saya yang masih sibuk memasak silky puding mendengar Mahmud yang bertanya "eh lo kenapa? kok tidur nggak pake sb?" disusul dengan teriakan Edika yang bernada sama dan segera memanggil saya untuk masuk ke dalam tenda. Di dalam tenda, salah seorang teman kami sedang menggigil kedinginan dan tangannya mengepal kaku. Ssementara yang lainnya sibuk menghangatkannya dengan sleeping bag, saya kembali keluar untuk memasak air panas. Vina pun segera masuk ke tenda setelah namanya dipanggil dan membantu menyadarkan teman kami dengan menampar-namparnya. Untunglah Vina sebelumnya pernah mengalami situasi serupa sebelumnya. Kami juga terbantu oleh bantuan tetangga yang memberikan thermal blanket. Tak lama teman kami sadar namun bicaranya seperti mengigau, mungkin dia berhalusinasi atau apa saya sendiri tidak paham. Akhirnya setelah membereskan silky puding yang baru hampir mendidih sempurna, saya ikut masuk ke tenda dan merasakan tenda tersebut sangat hangat. Kami mengusahakan untuk terus mengobrol agar teman kami tetap berada dalam kondisi sadar sampai keadaannya semakin membaik. Syukurlah sekitar pukul 22.30 keadaan sudah kembali seperti semula. Teman kami pun kami tempatkan tepat di tengah-tengah dengan balutan jaket dan sleeping bag yang paling hangat. Kemudian semua anggota tim beristirahat dengan tetap waspada. Pada pukul 00.30 kami terbangun karena teman kami kembali menggigil, untunglah tidak ada hal yang terlalu serius.
|
Samsul dan Saya yang sok sibuk motongin sayur buat sop. |
|
Menu Makan Malam: Telur Balado, Kering Teri Tempe, Telur Dadar, Sayur Sop. Menu Sehat dan Lezat. |
|
|
Edika, kepala chef kami yang akhirnya kesampaian masak telur balado di gunung. |
|
|
|
17 April 2016
Pagi hari pukul 6, seluruh tim sudah bangun dan mendapati teman kami sudah kembali sehat. Alhamdulillah, kami mengucap syukur. Bagi saya sendiri ini adalah pengalaman pertama saya dimana salah satu anggota tim mengalami hal tersebut. Sesuai dengan pembicaraan semalam dengan Vina, kami mengumpulkan semua anggota tim untuk membahas rencana menuju puncak. Menurut Vina dan saya akan lebih baik jika kami mengurungkan niat untuk ke puncak, tetapi salah seorang dari tim juga memberikan pemahaman jika memang ada yang tetap ingin ke puncak silahkan tetapi harus benar-benar dalam kondisi fit sementara yang memutuskan untuk tidak ikut akan menunggu di
camp untuk memasak dan packing. Saya sendiri menanyakan kepada Lia apakah tetap ingin ke puncak atau tidak, mengingat ini pengalaman pertamanya mendaki gunung. Lia sendiri memutuskan untuk tidak meskipun kondisinya cukup fit karena sejak awal memang berencana hanya sampai ke Surken. Hal yang saya salut dari dirinya karena tidak terobsesi pada puncak meski ini pendakian perdananya. Setelah diskusi penuh pertimbangan, akhirnya kami memutuskan bahwa tidak satu pun dari kami yang akan ke puncak. Rupanya keputusan tersebut tepat karena tak lama Surken pun kembali diguyur hujan yang belum juga reda hingga siang hari.
|
Riki dan Vina, mempersiapkan sarapan sehat: Melon. |
|
Evi, Lukman, Saya, Lia, dan Samsul. |
|
Vina Agustina, perempuan yang pertama kali saya kenal dan naik bareng ke Merbabu. |
|
Vina dan Saya. Setelah pertama kali kenal dan naik bareng ke Merbabu, akhirnya bisa ketemu lagi sekaligus naik bareng. |
|
Meskipun nggak jadi muncak tetep bisa narsis di Surken |
|
|
Makan siang sebelum perjalanan turun. |
Setelah makan siang dan packing, kami melanjutkan perjalanan untuk turun ke GPO kira-kira pukul 13.00. Anggota tim mengenakan raincoat karena hujan yang turun kembali padahal sudah sempat reda. Menjelang maghrib kami sudah sampai di GPO untuk melapor dan kemudian beristirahat di salah satu warung di Gunung Putri. Setelah makan dan mandi, kami menuju Cipanas kemudian mencari bis tujuan Kampung Rambutan, disana kami berpisah menuju rumah masing-masing mengingat kebanyakan dari kami adalah pegawai yang harus tetap masuk kantor Senin paginya.
|
Untung ada tongsis. Full team 11 orang. |
Belakang: Dede
Tengah: Lukman, Lia, Evi, Kris, Edika, Samsul.
Depan: Vina, Riki, Saya, Mahmud
|
Surken, siang berkabut 17 April 2016. |
|
Perjalanan turun, hujan dan dingin. |
|
Di jalur saat turun menuju GPO. |
|
Tetap narsis dan senyum meskipun diguyur hujan. |
Perjalanan kali ini mengajarkan pada kami semua, untuk memahami kondisi rekan/teman lain serta mengendalikan ego diri sendiri. Mengajarkan kami bahwa pendakian tidak selalu tentang puncak, ada yang jauh lebih penting.
Tujuan setiap pendaki adalah pulang dengan selamat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar