Dinar Bayu, namanya. Teman yang saya kenal di basecamp pendakian Gunung Lawu pada November 2011 silam, ketika saya baru tiba sementara ia dan temannya baru saja turun dari pendakian. Seminggu sebelum perayaan hari kemerdekaan RI, Dinar menyapa saya lewat bbm untuk mengajak ke Gunung Cikuray pada tanggal 15-17 Agustus 2015. Saya yang belum bisa memastikan akan ikut atau tidak, belum memberinya kepastian hingga H-2 keberangkatan. Hingga Dinar berkata "Aku udah bilang temen-temenku lho kamu mau ikut.". Jadilah saya bergabung dengan pendakian mereka dan berangkat dari Serpong menuju Pasar Rebo pada sabtu malam (15 Agustus 2016). Di Pasar Rebo saya bertemu dengan Dinar dan tiga orang temannya yang kemudian saya kenal bernama Rendra, Rival (Bambang), dan Bewok (Ari). Kami kemudian menuju terminal Kampung Rambutan untuk naik bus tujuan Garut dengan tarif Rp 60.000.
Pemandangan dari Basecamp. Pic taken by: Dinar |
Kami tiba di Garut sekitar pukul empat subuh, kemudian sarapan (bisa dibilang mungkin sarapan yang kepagian atau makan malam yang kepagian) dan melanjutkan perjalanan menuju pos pemancar. Sekitar pukul setengah enam pagi kami sudah berada di basecamp pemancar dan bersiap untuk mendaki. Pendakian dimulai pada pukul tujuh pagi dan berhenti setelah satu jam perjalanan untuk sekedar ngopi dan berkelakar. Baru kemdian pukul setengah sepuluh kami melanjutkan perjalanan kembali, ukuran yang sangat santai untuk sebuah pendakian hehehe. Hari itu jalur pendakian sangat ramai mengingat bertepatan dengan momen perayaan hari kemerdekaan dimana banyak pendaki yang ingin melakukan upacara di gunung. Saya yang baru pertama mendaki Gunung Cikuray cukup terkejut dengan jalurnya yang "aduhai" (baca: luar biasa nanjak), untunglah empat lelaki itu cukup pengertian dan santai berjalan sehingga saya tidak terlalu sulit mengimbangi. Semakin jauh mendaki, antrian di jalur pun semakin ramai akhirnya kami memutuskan untuk camp di pos 4. Jujur, ini adalah pengalaman pertama saya naik gunung bertepatan dengan acara 17 Agustus-an.
Ramainya Pendaki |
Saat kami memutuskan untuk mendirikan tenda jam baru menunjukkan pukul dua siang. Kami memasak, makan dan bahkan sempat "bobok siang" sebentar. Menjelang senja, kami bangun dan duduk-duduk di depan tenda, Dinar yang membawa guitalele mulai menunjukkan keahliannya sementara yang lain mengikuti dengan bernyanyi. (Saya sampai bbm bang Dinar untuk memastikan nama alat muski tersebut). Setelah makan malam, dua orang pendaki lain bertamu ke tenda kami. Kami mengobrol dan masih ditemani alunan musik dari guitalele yang dimainkan bergantian. Hampir pukul dua belas malam ketika semua personil memutuskan untuk masuk ke tenda. Sebelum tidur, bang Rendra sempat menanyakan kepada saya yang baru pertama kali ke Cikuray "Mba, lu besok subuh mau muncak nggak? ntar gw temenin." Sepertinya bang Rival dan Bewok tidak berniat untuk muncak. Saya sendiri yang melihat jalur pendakian sangat ramai akhirnya menjawab "Nggak ah, kita kemcer (red: kemping ceria) aja disini.", saya memang tidak berniat untuk muncak karena tujuan kali ini adalah sekedar menikmati suasana jauh dari hiruk pikuk ibu kota.
Masak dan Makan Siang di Pos 4 |
Kuliah Umum hehehe :p |
Kami membawa dua tenda berkapasitas masing-masing 2-3 orang. Saya, bang Dinar, dan bang Rival berada dalam satu tenda sementara bang Bewok dan Rendra di tenda lainnya. Saya baru benar-benar terlelap sekitar pukul setengah dua dini hari, dan merasa ada yang membangunkan dari luar tenda menanyakan apakah saya mau ikut muncak. Setengah sadar saya menjawab dalam hati "kan kemaren gue udah bilang nggak pengen muncak.", entahlah itu hanya mimpi atau memang ada yang membangunkan saya sendiri tidak tahu. Paginya pukul setengah tujuh kami sudah memasak dan sarapan, kemudian mengobrol dan lagi-lagi berkelakar. Sekitar pukul dua belas kami melanjutkan perjalanan turun menuju basecamp dan tiba disana sekitar jam dua siang. Beristirahat sejenak lalu langsung mencari angkutan menuju terminal Garut untuk menyambung bus ke Jakarta. Bang Rizal, Bambang, dan Rendra turun di Bekasi sementara saya dan bang Dinar turun di terminal Kampung Rambutan pada pukul setengah dua belas malam. Karena sudah terlampau malam dan angkutan ke BSD (Serpong) sudah tidak tersedia, akhirnya saya menggunakan jasa transportasi online dan tiba di rumah pukul dua dini hari. Tidur selama tiga jam kemudian bersiap untuk berangkat kerja. Kadang liburan singkat dan santai seperti ini sangat dibutuhkan bagi kuli kantoran seperti saya.
Di Jalur saat Turun ke Basecamp |
Satu kata: Ngebul |
Ini perjalanan saya yang paling santai dan banyak ketawa. Sebenarnya mungkin sejak awal kami memang tidak berniat untuk ke puncak, yang kami butuhkan adalah suasana tenang yang jauh dari hiruk pikuk ibu kota, beristirahat sejenak dari rutinitas pekerjaan. Setiap perjalanan punya kisahnya masing-masing, tertawalah bahkan jika kau membawa perasaan terluka. Karena kau selalu berhak berbahagia.
"Berjalanlah lebih jauh, kau akan selalu menemukan dirimu"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar