Rupanya rinduku pada gunung sudah terlalu besar, ia sudah terlalu berat untuk disimpan. Sama halnya seperti hujan yang kemudian turun, karena awan tak sanggup lagi menampung. Ngomong-ngomong soal hujan, aku pun rindu tentang hujan di hutan, bau tanah yang khas kadang mengiringi perjalanan. Pun rinduku tak luput pada dinginnya udara gunung. Banyak rindu disana, mungkin akan jadi daftar panjang jika dituliskan. Oh ya, jangan tanya apa aku rindu memasak di gunung, sudah tentu iya. Sebenarnya hal-hal yang dilakukan disana bisa dilakukan di rumah, tapi disana akan terasa berbeda sekali.
Aku jadi ingat serunya memasak ayam goreng dan sambal teri di gunung, rasanya? sudah pasti enak! hehehehe (pede). Wah tiba-tiba rinduku makin bertambah karena saat ini aku mengingat masa-masa diklat mapala, memasak adalah aktivitas menyenangkan saat diklat. Jadi ingat juga, saudara-saudara yang selalu penuh hal-hal konyol dan menghibur. Tiba-tiba teringat juga pempek terenak yang aku makan di gunung, berlebihan mungkin ya, tapi memang terasa enak sekali kok :)
Wah rinduku juga termasuk rindu pada nafas yang ngos-ngosan saat mendaki, mengatur nafas sedemikian rupa. Rupanya ada benarnya juga kata-kata itu, yang diperlukan hanya kaki yang melangkah lebih jauh, nafas yang lebih cepat dari biasanya. Temukan hal berbeda yang akan membuat takjub.
Senja, salah satu rinduku terselip pula di antara semburat senja dari ketinggian. Kemudian berlanjut pada malam yang dingin dan sepi, hangat karena kebersamaan tak lupa pula dilengkapi secangkir kopi sebagai hidangan utama dalam percakapan. Oh ya jangan lupakan juga saat purnama atau lautan bintang, itu akan semakin menambah rindu.
Apa lagi ya? terlalu banyak rindu itu menumpuk. Sudah ah, semakin banyak ditulis semakin besar pula rasa rindu. Tinggal tunggu ia meledak, karena tak sanggup terbendung lagi.
Selamat Hari Gunung :)
BSD, 11 Desember 2014
Sepatu ini pun mungkin sama rindunya, ingin diajak jalan-jalan :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar