Untuk Ibu yang terlalu singkat saya kenal, yang tak sempat saya ingat dengan baik.
Dua puluh satu tahun yang lalu, ketika usia saya belum lagi lima tahun. Bahkan saat dimana saya belum mengerti apa arti "pulang" sesungguhnya. Dua puluh satu tahun lamanya, saya yang menjajaki kehidupan tanpa mengenal sosok Ibu seperti yang lainnya. Selama itu pula saya mengumpulkan kenangan-kenangan dari lembar-lembar foto yang saya temukan, berusaha mengingat, mengerti seperti apa sosok Ibu. Menangkap memori tentang Ibu dari segala yang dikisahkan orang-orang tentang Ibu.
Saya tahu, bukan hal sulit untuk tumbuh tanpa Ibu di sisi saya, juga bukan hal yang menurut saya mudah. Tapi pada kenyataannya, saya mampu melewati masa-masa itu dan sampai pada titik ini. Begitu banyak orang menulis tentang Ibu mereka, mungkin terlihat lebih mudah menulis tentang Ibu, tapi tidak bagi saya. Sampai pada tulisan ini, saya mengalami kebuntuan tentang apa-apa yang akan saya tulis tentang Ibu. Berbekal foto-foto yang tak banyak dan kisah yang juga tak terlalu panjang tentang Ibu.
Ibu, saya ingat pernah merengek minta es krim ketika es krim keliling lewat di depan rumah kita. Saat itu mungkin usia saya belum empat tahun, sampai saat ini saya masih menyukai es krim yang mengingatkan saya pada memori itu. Ibu, saya menemukan beberapa lembar foto yang saya lepaskan dari album yang disimpan oleh nenek, yang kemudian saya scan dan saya simpan. Foto semasa Ibu masih muda, berdiri di depan tembok juga foto dengan Ayah di bawah sebuah menara.
Semua orang bercerita tentang Ibu yang ramah, seorang dosen, banyak teman dan keras kepala. Orang bilang, banyak sifat Ibu turun kepada saya termasuk pula pemberani dan pemberontak. Nenek bilang, Ibu pernah menolak bersekolah di sekolah pilihan nenek, walau pada akhirnya tetap menurut. Hal itu pernah terjadi juga pada saya yang berontak dengan Ayah mengenai pendidikan. Tante atau adik Ibu juga bercerita bahwa Ibu adalah kakak yang rela berkorban untuk mereka, meski bawel dan keras kepala.
Ibu, banyak perubahan terjadi sejak dua puluh satu tahun lalu. Perubahan-perubahan yang tak akan sempat saya ceritakan. Satu yang tak berubah, tempat Ibu tak pernah tergantikan meski saya tak bisa upload foto dengan Ibu atau shopping dengan Ibu seperti teman-teman saya. Saya tahu pasti, ada memori yang tetap tersimpan, tetap tinggal. Memori tentang Ibu yang terlalu singkat, yang belum sempat saya bahagiakan di dunia.
Untuk Ibu, yang tak pernah benar-benar pergi.
Juli, 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar