Handphone saya sudah berdering dari lima belas menit lalu, alarm subuh sudah mengulang dua kali membangunkan saya. Untunglah alarm kedua berhasil membuat saya terbangun untuk bersegera. Usai menunaikan subuh, saya menuju mesin cuci dan menekan beberapa tombol, selanjutnya biarkan mesin itu bekerja sebagaimana mestinya. Saya? berjalan kembali menuju tempat tidur dan terlelap (lagi).
Pagi ini hari Minggu, biasanya saya sudah turun ke lantai bawah selambatnya pukul setengah tujuh pagi untuk melakukan beberapa pekerjaan rumah. Tapi tidak pada hari ini. Pukul setengah delapan saya masih memeluk guling saya dan mendengar suara penjual bubur ayam langganan lewat di depan rumah. Semalam saya sudah menanyakan pada Papa apa pagi ini kami akan sarapan bubur ayam, tapi rupanya sedari subuh tadi badan saya terasa sakit. Jadilah saya masih berbaring bermalas-malasan di tempat tidur saat suara penjual bubur ayam terdengar.
Sabtu kemarin, sedari pagi saya beraktivitas di luar rumah. Saya mengunjungi organisasi ekstrakurikuler saat SMA. Ada agenda penting dalam organisasi itu, Musyawarah Anggota, dan saya sadar dengan sistem keanggotaan yang seumur hidup, saya merasa perlu untuk hadir saat diri saya mampu menghadiri acara itu.
Rupanya tubuh saya sudah mengakumulasi kegiatan saya sejak Senin lalu, akibatnya Minggu pagi badan saya terasa sakit. Weekend, mungkin papa menginginkan saya untuk istirahat di rumah setelah lima hari berkutat di depan komputer dengan angka-angka yang begitu banyak. Tapi saya merasa bahwa weekend adalah saatnya saya melakukan apa yang saya inginkan. Entah itu beristirahat di rumah, naik gunung, atau mengunjungi SMA saya seperti Sabtu kemarin. Jika ditanya apa yang saya dapat, saya akan jawab saya mendapatkan perasaan bahagia, bahagia dari sebuah kesederhanaan. Saya bahagia karena dapat berbagi, berbagi pengalaman yang sederhana kepada mereka disana.
Pukul sembilan pagi saya benar-benar sadar dari nikmatnya kasur saya. Saya turun ke lantai bawah dan melihat Papa (tentu) sudah mengerjakan bagian pekerjaan rumahnya. Di meja makan saya lihat semangkok bubur ayam, rupanya Papa tetap membelikan saya bubur ayam. Terima kasih. Selesai sarapan saya pun tetap mengerjakan pekerjaan rumah saya meski terlambat. Rupanya tubuh saya masih belum bisa terima dibangunkan dari tidurnya tadi. Setelah semua selesai, saya kembali ke kamar dan lagi-lagi kembali (ter)tidur.
Jadi, sekali lagi. Maaf Papa, Minggu ini saya bangun siang.
Minggu, 16 November 2014. 09.00 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar