Tebing Bukit Besar dan Serelo,
aku mengenal keduanya ketika masa studiku di Palembang. Bukit Besar dan Serelo,
merupakan dua buah bukit yang terletak di Sumatera Selatan, tepatnya di
Kecamatan Merapi Barat, Lahat. Kali pertama aku kesana awal tahun 2008. Berangkat
dari Palembang menuju Lahat memakan waktu selama kurang lebih enam sampai
delapan jam dengan menggunakan kereta. Turun di stasiun Banjarsari, perjalanan
dilanjutkan menuju Desa Sukamerindu selama satu hingga dua jam. Desa
Sukamerindu merupakan salah satu desa dari beberapa desa yang berada di
Kecamatan Merapi BaratKali pertama menginjakkan kaki disana, kesulitan yang
paling ku alami adalah bahasa, dimana ada beberapa bahasa yang tidak kupahami.
Agenda berkunjung ke Bukit Besar
dan Serelo selanjutnya menjadi agenda rutin setidaknya sekali dalam setahun bersama
rekan sekaliggus saudaraku di sebuah organisasi mahasiswa pecinta alam. Lokasi paling
menyenangkan di Bukit Besar berada di sebuah tebing dengan batuan andesit, tahun
2008 adalah kali pertama pula aku memanjat tebing alami. Pada lokasi tebing
ini, terdapat air terjun dan sungai yang jernih. Setiap kali aku dan
rekan-rekan berkunjung kesini, kami selalu menikmati nyanyian air tebing di
tengah-tengah hangatnya kebersamaan yang kami ramu. Lokasi ini pula yang
menjadi tempat favorit kami untuk mandi, selain karena airnya yang jernih dan
sejuk, sungai ini memiliki panorama yang begitu alami dan menetramkan jiwa.
Untuk menuju bukit Serelo,
biasanya kami menyebrangi sebuah sungai besar yang jika hujan airnya mengeruh
menjadi coklat seperti kali. Di lokasi ini, terdapat banyak lintah dan pacet. Pertama
kali aku menemukan seekor pacet yang tengah asik menghisap darahku, aku hanya
teriak-teriak memanggil rekan satu pendidikanku sambil berseru “apa ini?”. Rekanku
yang asli orang Palembang dan sepertinya biasa melihat pacet hanya menghapiriku
sambil berkata “tenang, kalau sudah kenyang nanti dia lepas sendiri, atau kamu
taburin aja kopi atau abu rokok”.
Ada sebuah pondok dan lahan di
tepi sungai tersebut tempat kami beristirahat. Hal yang paling malas ku lakukan
di tempat ini adalah mandi, selain airnya yang kotor, pacet dan lintah jadi
alasanku untuk memilih tidak mandi disini. Sah-sah saja kan tidak mandi di
dalam hutan? Hehehehe. Pernah suatu ketika, ada salah satu rekan yang digigit
lintah dan mengalami demam semalaman. Meskipun dengan kondisi lokasi yang
seperti itu, suasana kebersamaan selalu hadir di tiap langkah perjalanan kami. Saling
membantu dalam kegiatan yang panjang dan memakan tenaga yang tidak sedikit. Belajar
saling memahami dengan keterbatasan alam yang mengajarkan kami banyak hal dalam
kehidupan.
Berangkat dari pondok tersebut,
di bukit Serelo juga terdapat sebuah pondok di tengah sawah yang asri. Letaknya
di lembah yang begitu indah, dengan kunang-kunang sebagai bonus cahaya pada malam
hari. Meski tubuh lelah dan lengket, di tempat ini setidaknya kami terhibur
oleh adanya pancuran air di tengah sawah untuk mandi. Selain itu di tengah
sawah terdapat sebuah batu besar yang dapat dinaiki, disana aku dan rekan-rekan
biasa menghabiskan malam ditemani nyanyian jangkrik, kunang-kunang, sembari
menatap langit yang begitu luas. Ini merupakan tempat terindah yang sangat
menenangkan jiwa dari kepenatan kota yang begitu sumpek.
Bukit Serelo, memiliki tebing
pada puncaknya yang disebut Kedaton. Meski Bukit Serelo tak memiliki ketinggian
setinggi gunung-gunung, namun pemandangan dari tepi Kedaton sungguh luar biasa.
Dari sana terlihat kota Lahat beserta sungai Milang . Jalur mencapai Kedaton
cukup menyebalkan karena licin dan hanya menyediakan akar-akar kecil serta
ilalang sebagai pegangan, tak jarang dalam perjalanan turun kami begiru sering
terpeleset dan mengotori baju kami.
Bukit Besar dan Serelo, keduanya memberi
kisah dan kenangan yang begitu dahsyat dalam hidupku. Awal sebuah persaudaraan
yang terikat tanpa ikatan darah. Sebuah pembelajaran untuk memahami banyak hal,
banyak orang, dan begitu banyak konflik.
Bukit Besar dan Serelo, tempat kita
meramu kemesraan, meracik kebersamaan. Menjadi hangat dan penuh rasa.