Yogyakarta, 17
Agustus 2013,
Pagi itu di
kamar kost, aku sibuk packing, ranselku sudah terisi penuh oleh perlengkapan
mendaki. Sudah satu tahun lamanya tidak mendaki gunung, inilah yang aku tunggu,
kembali mendaki gunung. Menjadi pegawai dan juga mahasiswa membuat waktuku
menjadi lebih sempit untuk melakukan perjalanan. Sempat meragu, mengingat bahwa hari itu adalah
sabtu dan senin aku bekerja, niatanku adalah motoran sampai basecamp Wekas naik
ke puncak, turun sendiri ke basecamp dan pulang ke Jogja paling lambat Minggu
malam atau setidaknya Senin subuh aku sudah di Jogja. Pendakian kali ini aku
bersama dua orang mapala Janagiri dan sepuluh orang pendaki dari Depok, tim
berjumlah tiga belas orang, tiga perempuan termasuk aku. Perjalanan di mulai
dari posko mapala Janagiri, ngobrol-ngobrol, ternyata rencana mereka adalah
tiga hari dua malam, Senin malam baru sampai di Jogja. Sempat makin ragu untuk
ikut, tapi ternyata keinginan untuk mendaki setelah sekian lama tak
tersampaikan lebih kuat, “yang penting berangkat dulu, urusan pulang ntar!”
kira-kira begitu deh prinsipnya waktu itu, hehehehe.
Jadilah Sabtu
siang itu, kami berangkat dari Jogja menuju basecamp Wekas Gunung Merbabu. Tiba
di pemberhentian bis sekitar maghrib, dari jalan aspal menuju basecamp harus
ditempuh dengan berjalan kaki, kecuali kalau kita bawa motor. Sepuluh orang
pendaki dari Depok adalah kawan baru yang ku kenal dalam perjalanan ini. Saat tiba
di basecam sudah jam setengah delapan malam, beristirahat sebentar sembari
berbincang dengan para pendaki lain yang juga singgah.
Pendakian dimulai
pukul sembilan malam, target adalah pos 2 dan berkemah disana. Ternyata jalur
sangat ramai oleh pendaki, cahaya lampu senter menyorot menjadi penerang jalan.
Derap langkah semakin berat, nafas semakin tersengal, tapi selalu ada tawa
dalam perjalanan. Inilah yang telah lama aku rindukan.
Pukul setengah
dua pagi kami sampai di pos 2, berbagi tugas mendirikan tenda dan memasak. Tiga
buah tenda sudah berdiri kokoh, satu per satu anggota tim masuk ke dalam tenda
untuk beristirahat. Wajar, lelah dan pasti mengantuk, sementara aku dan
beberapa anggota tim masih menyempatkan diri menikmati secangkir kopi hangat di
tengah dingin dan di bawah purnama. Malam itu bulan terlalu indah untuk
ditinggal tidur, tapi karena di luar sangat dingin maka kami masuk ke tenda,
bukan untuk tidur, obrolan santai hingga yang berat jadi perbincangan pagi itu.
Esoknya perjalanan
menuju puncak dilanjutkan pukul dua belas siang. Sekitar lima jam perjalanan,
kami sampai di puncak Kenteng Songo Merbabu. Senja sudah mulai turun, terlihat pemandangan
Sindoro dan Sumbing. Tuhan, ini senja yang indah di atas awan…..
Satu jam di
puncak berfoto-foto, perjalanan dilanjutkan turun ke pos sabana 2 jalur Selo. Sudah
sampai di sabana 2, mendirikan tenda, memasak, dan membuat api unggun semakin
menambah cerita pendakian. Kami yang baru saling mengenal satu hari yang lalu
seperti sudah mengenal lebih lama dari itu.
Senin tanggal 19
Agustus 2013, perjalanan turun ke basecamp selo dimulai seusai makan siang. Kejadian
lucu selalu terjadi, salah satunya adalah aksi koprol si Paimin yang akhirnya
nyungsep di padang rumput, kita yang ada di dekat dia waktu itu bukan menolong
segera tapi malah ketawa dulu, hihihihi (maaf ya). Begitu juga
kejadian-kejadian lucu lain, teknik pantat atau bulu hidung yang keliatan
semakin panjang (ternyata abu yang nyangkut di hidung) wkwkwkwkwk..
Jam lima sore
kita udah sampai di basecamp selo, siap-siap pulang ke kota dan kembali pada
rutinitas masing-masing. Pendakian selalu memiliki kisah yang tak terlupakan,
pelajaran kehidupan, dan teman-teman baru.
Terima kasih
Merbabu, untuk senja dan purnamamu……
17-19 Agustus
2013
So wonderful story ^_^
BalasHapus