September pertama,
kita merajut terik dan hujan, jadi pelangi.
Sepanjang rel yang bisa disusuri,
demi ular besi lewat memendekkan jarak.
Membentang pematang di antara sawah-sawah kita yang hijau,
melukis jembatan di atas sungai-sungai kita yang jernih.
September kedua,
Kita bertahan, menerobos pulau, menyeberangi selat.
Meniti pematang yang ternyata berlumpur.
Menyebrangi sungai dengan jembatan yang melapuk.
Kita? Benarkah?
Atau hanya aku?
Menuju September ketiga,
Kemarau seperti terlalu panjang tahun ini.
Menanti hujan yang lama tiba.
Seperti pancaroba, aku sakit!
Aku hujan di musim kemarau.
Kekeringan di musim penghujan.
Tidak sampai September ketiga,
Terlalu jauh dalam jarak setengah meter,
di sebuah meja kedai kopi.
Kita sampai pada jalan yang berbeda.
Yogyakarta, 2012